Jakarta, IDN Times
– Kurs rupiah di sesi pagi Rabu (21/5/2025) menunjukkan peningkatan.
Bila mengacu data
Bloomberg,
Rupiah meningkat menjadi Rp16.409,5 terhadap dolar AS atau naik sebesar 3,50 poin dan 0,02 persen dari posisi penutupan hari sebelumnya yang berada di tingkat Rp16.413 per dolar AS.
1. Kurs mata uang di kawasan Asia bervariasi
Kemajuan nilai tukar mata uang di beberapa wilayah Asia bervariasi, sebagaimana terlihat pada ringkasan berikut:
- Bath Thailand meningkat sebesar 0,35 persen
- Ringgit Malaysia meningkat sebesar 0,51 persen
- Yuan Tiongkok meningkat sebesar 0,07 persen
- Peso Filipina meningkat sebesar 0,06 persen
- Won Korea menguat 0,60 persen
- Dolar Taiwan naik sebesar 0,18 persen
- Dolar Singapura meningkat sebesar 0,22 persen.
- Jepun mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen.
2. Ketakutan atas perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat memicu penurunan nilai dolar AS.
Pakar pasar mata uang, Ariston Tjendra menyebutkan bahwa nilai indikator dolar Amerika Serikat saat ini ada di bawah angka 100 dan berada dalam jarak 99. Perubahan ini mencerminkan respon pasar atas komentar beberapa petinggi The Fed yang mengekspresikan keprihatinan mereka tentang situasi ekonomi negara tersebut.
“Pergerakan tersebut menggambarkan respons pasar terhadap komentar dari petugas The Fed kemarin, yaitu Alberto Musalem dan Beth Hammack, yang mengekspresikan keprihatinan mereka tentang kondisi ekonomi Amerika Serikat baru-baru ini. Selain itu, penurunan peringkat hutang AS turut memicu pelemahan dolar AS dibandingkan dengan mata uang lainnya,” jelas Ariston.
3. Nilai tukar rupiah diproyeksikan untuk terus mengalami kenaikan nilai hari ini.
Ariston menduga bahwa nilai tukar rupiah kemungkinan akan terus meningkat hari ini, dengan trend bergerak ke angka Rp16.300 per dolar AS dan titik resistance sekitarRp16.400 per dolar AS.
Penguatan rupiah juga akan ditopang oleh arah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang akan diumumkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada sore hari nanti. Meskipun demikian, pasar memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen.
“Di sisi lain, kondisi ekonomi global masih labil. Dolar AS bisa tiba-tiba menguat kembali karena kekhawatiran pasar terhadap pelambatan ekonomi global. Jika suku bunga BI diturunkan, hal ini justru dapat menambah tekanan terhadap rupiah saat ini. Jadi, kemungkinan besar suku bunga BI akan tetap dipertahankan,” ujarnya.