Runtuhkan Dominasi Laki-laki: 5 Grup Musisi Wanita Indonesia Yang Wajib Dihargai

AA1FaFpn


karebata.com

– Sejarah musik di Indonesia erat hubungannya dengan kontribusi para musisi wanita yang signifikan.

Walaupun industri musik umumnya didominasi oleh laki-laki, grup-grup band dengan semua anggota berjenis kelamin perempuan tetap memberikan kontribusi unik mereka sendiri.

Dimulai dari tahun 1960 sampai sekarang, berikut adalah lima grup musik wanita asal Indonesia yang layak untuk diperhatikan.


1. Dara Puspita

Menurut postingan di Instagram @Kemenpar.ri, Dara Puspita adalah grup musik rock wanita pertama di Indonesia yang terbentuk di Surabaya pada tahun 1964.

Kelompok tersebut terdiri atas Titiek Adji Rachman di gitar utama, Lies Soetisnowati pada gitar ritme, Titiek Hamzah sebagai bassist, serta Susy Nander yang mengambil peran dalam drum.

Mereka memegang erat genre garage rock dan mendapat inspirasi besar dari para musisi Barat seperti The Beatles, The Rolling Stones, sampai Elvis Presley.

Album perdana mereka, Jang Pertama, dirilis pada 1966 dan menjadi tonggak penting dalam sejarah musik Indonesia.

Tahun 1968, Dara Puspita mengadakan tur di Eropa dan juga menerbitkan lagu-lagu dalam Bahasa Inggris seperti Welcome to My House serta Ba Da Da Dum.

Walaupun secara resmi dibubarkan tahun 1974, warisan musik mereka masih bertahan sampai sekarang dan terus menginspirasi para musisi wanita di Indonesia.


2. Zirah

Zirah adalah sebuah grup musik rock berasal dari komunitas Potlot dan telah aktif sejak tahun 2018. Mereka populer dikarenakan gaya mereka yang tidak terbatas hanya pada satu jenis genre Musik.

Melalui single pertamanya yang berjudul Pusaka Pertiwi (2019), Zirah pun mulai menarik perhatian masyarakat.

Berdasarkan informasi dari karebata.com sebelumnya, Anissa Yasmin sebagai bassist grup band Zirah, datang untuk menyegarkan dunia musik dengan menghadirkan kesempatan yang terbuka lebar bagi semua orang untuk meresapi kreasi mereka.

“Kita tidak dibatasi oleh satu genre, jenis kelamin, atau sudut pandangan tunggal. Siapa pun bisa mendengarkan, termasuk para alien,” kata Anissa sambil tertawa.

Zirah tidak sekadar berfokus pada musik wanita, tetapi juga mencakup inklusivitas dan kemerdekaan berekspresi dalam industri musik yang semakin maju.


3. The Dare

The Dare adalah grup musik asal Lombok yang mengaransemen pop dengan sentuhan nostalgic yang kuat.

Berdiri dengan cara yang tak direncanakan di tahun 2018, kelompok musik ini dipimpin oleh Meigali (bas), Riri (vokal, gitar), Desita ( drum), serta Yolanang (gitar). Istilah “Dare” mempunyai makna keduanya yaitu ‘berani’ dalam bahasa Inggeris dan ‘perempuan muda’ dalam dialek Sasak.

Album mini pertamanya yang berjudul Inthrovvert, rilis pada Record Store Day di Lombok tahun 2018 dan langsung menerima sambutan hangat dari publik.

Banyak lagu-lagu dari The Dare yang menyinggung masalah wanita serta pertarungan terhadap kekerasan seksual, entah itu saat tampil di depan umum atau dalam teks liriknya.

Hal ini membuat mereka melebihi status sebagai hanya sebuah grup indie, The Dare merupakan representasi kuat dari musik timur Indonesia yang patut untuk diantisipasi.


4. Suara Baceprot (VoB)

Membahas grup musik wanita tidak akan sempurna tanpa mengatakan tentang Voice of Baceprot atau VoB. Ketiganya adalah trio rock dari Garut yang terdiri atas Marsya (vokal, gitar), Widi ( bass ), dan Siti ( drum ).

Sejak didirikan pada tahun 2014, VoB sudah mendapatkan pengakuan internasional karena keberanian mereka dalam memainkan genre musik metal sambil tetap menggunakan hijab.

Istilah “Baceprot” memiliki arti “bising” dalam bahasa Sunda, mencerminkan kegembiraan dan antusiasme kelompok tersebut.

VoB sudah mengeluarkan beberapa karya termasuk School Revolution pada tahun 2018, EP bertajuk The Other Side of Metalism di tahun 2021, serta album Retas yang dirilis pada 2023.

Menurut informasi dari karebata.com, mereka pernah melakukan tur di beberapa negara Eropa dan menerima apresiasi dari para musisi terkenal global seperti Flea (dari Red Hot Chili Peppers) dan Tom Morello (dari Rage Against the Machine).

Walaupun menghadapi berbagai kritikan akibat tampilan unik mereka di ranah metal, VoB masih bertahan untuk mendukung isu-isu seputar wanita, perdamaian, serta hak-hak dasar manusia lewat lagu-lagu mereka.

Mereka bahkan memanggil diri sendiri “The Next Dara Puspita”, menekankan tujuan ambisius mereka untuk menciptakan jejak sejarah.


5. FLEUR!

Menurut postingan di Instagram @kemenpar.ri, FLEUR! adalah grup musik yang terinspirasi secara langsung oleh Dara Puspita.

FLEUR! awalnya dikenal dengan nama Flower Girls, sebuah band tribute untuk sang legenda. Namun sejak 2020, mereka mulai berkarya dengan nama baru. Grup ini terdiri dari Tanya (vokal, gitar), Yuvi (bass, vokal), dan Tika (drum).

FLEUR! mulai menarik perhatian melalui singlenya yang berjudul Muka Dua dan kemudian mengeluarkan beberapa karya tambahan seperti Lagu Lama, Merona, Suara Disko, serta Juwita Malam.

Mereka meluncurkan album lengkap berjudul Fleur Fleur FLEUR! pada tahun 2022 yang menggabungkan gaya pop-retro dengan elemen-elemen kontemporer.

Mereka mencampurkan gaya seni dari zaman dahulu dengan lirik yang sesuai bagi penonton saat ini. Rasa rindu bergaya tahun 60-an bersatu sempurna dengan semangat segar yang ditampilkan dalam pertunjukan mereka.

Musik Perempuan, Suara Perubahan

Grup-grup musik wanita di Indonesia tidak hanya muncul untuk menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan penting terkait dengan kemerdekaan, kesamaan hak, serta pengembangan kemampuan diri.

Mulai dari Dara Puspita sampaiVoice of Baceprot, semua ini mengindikasikan bahwa musik dapat berfungsi sebagai senjata yang ampuh dalam menyuarakan suara, mengekspresikan diri, serta memerangi prasangka dan citraan-citraan. Grup-grup tersebut telah membuktikan bahwa pentas musik di Indonesia memberikan kesempatan kepada setiap orang, tanpa ada pengecualian apapun.

***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *