Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Rabu, 21 Mei 2025
Kristoforus dr Magallan
Kisah 15:1-6; Mazmur 122:1-2, 3-4a, 4b-5; Injil Yohanes 15:1-8
Warna Liturgi Putih
Bersekutu dengan Kristus
Injil Yohanes (15: 1-8) pada hari ini menceritakan bahwa Tuhan Yesus bersama para muridnya tengah berada di Senakel, yang terletak di Yerusalem. Saat itu, Dia bercengkrama dengan mereka sambil membicarakan topik tentang keselamatan abadi dalam lingkungan yang hangat dan akrab.
Dia mengambil perumpamaan yang relevan dengan kehidupan nyata mereka secara spesifik. Dia menggunakan analogi tentang tanaman anggur sebagai simbol hubungan erat dan cantik di antara Tuhan dan manusia, serta Kristus dan Gerejanya.
Perlu diketahui bahwa tanaman anggur adalah spesies unik yang dimiliki mayoritas petani di Israel pada masa tersebut, bersama dengan gandum dan jenis-jenis pohon buah lainnya. Tanaman anggur tumbuh merambat ke segala arah.
sesuai dengan pengaturan dari sang petani.
Dari tanaman anggur ini kita bisa mendapat ide tentang makna relasi manusia dengan Tuhan. Dalam hal ini
pucuk-pucuk baru yang muncul, nantinya akan menjadi ranting-ranting, haruslah dijaga baik-baik oleh sang petani supaya bisa menghasilkan bunga dan buah.
Kalau tidak diperhatikan maka ranting-ranting itu akan mati dan tidak menghasilkan buah apa pun. Bagi orang-orang Israel sendiri, pohon anggur merupakan lambang kehidupan mereka sebagai sebuah bangsa (Yer 2:21; Yeh 15:6; Hos 10:1). Tanaman anggur juga melambangkan suasana damai dan hidup berkelimpahan (1Raj 4:25; Mi 4:4).
Melalui perumpamaan tentang Pokok Anggur ini, Tuhan Yesus mau menegaskan dua hal penting berikut ini. Pertama, Tinggal di dalam Yesus.
Hal ini berhubungan dengan pentingnya persekutuan yang intim dengan-Nya bersama Bapa di Surga dalam Roh Kudus. Persekutuan yang intim disimbolkan dalam perkataan Yesus: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15: 5). Yesus adalah pokok anggur dan kita sebagai ranting-ranting bersatu dengan-Nya.
Persekutuan yang intim diungkapkan Yesus dalam kalimat: “Tinggal di dalam Aku” (Yoh 15:4.6).
Tinggal di dalam Yesus menurut Injil Yohanes berarti membentuk suatu persekutuan hidup bersama antara dua pribadi. Dalam hal ini persekutuan Yesus sang Putra dengan Bapa di Surga dalam Roh Kudus (Yoh 14:10), bisa juga persekutuan antara Yesus dan Gereja, persekutuan antara Tuhan dan manusia.
Tinggal di dalam Kristus berarti berpartisipasi dalam keintiman dengan-Nya, saling berbagi hidup yang mendalam dengan Tuhan. Tinggal di dalam Yesus berarti menjadi murid-Nya.
Paus Fransiskus, dalam homilinya di Paroki St. Maria Regina Pacis, Roma, pada hari Minggu 3 Mei 2015 yang lalu, mengatakan bahwa tinggal bersama Yesus Kristus berarti melakukan segala sesuatu sebagaimana Ia sendiri sudah melakukannya: berbuat baik, menolong sesama, berdoa kepada Bapa, merawat orang sakit, membantu orang miskin, memiliki sukacita di dalam Roh Kudus.
Paus juga mengartikan tinggal di dalam Yesus berarti bersatu dengan Yesus dan menerima hidup, kasih dan Roh Kudus dari-Nya. Tinggal bersama Yesus berarti menerima pengampunan yang berlimpah.
Tinggal bersama Yesus artinya menemukan dan bertemu dengan-Nya di setiap doa kita, serta terus berkembang karena itu.
dekati Dia melalui Sakramen Ekaristi dan Sakramen Penyesalan.
Kedua, Keberanian bekerja sama dengan Yesus Kristus untuk mencapai keselamatan serta mengerjakan hasil-hasil rohani sangat diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus harus menjadi prioritas bagi manusia, sebab tanpa Dia, kita tak dapat melakukan apapun. Kami menyambut Tuhan dan memberikan ruang baginya agar datang dan mendiami kehidupan kami.
Berkumpul bersama Yesus berarti kita perlu siap untuk menciptakan hasil spiritual melalui kesabaran. Penting bagi kita untuk menyadari hal ini.
bahwa Yesus tidak sekadar batang anggur melainkan Batang Anggur yang sejati dan Bapa di Sorga merupakan pemelihara-Nya. Ke dua poin tersebut sungguh krusial dalam kehidupan kami sebagai orang percaya kepada Kristus.
Saya mengakhiri renungan ini dengan membagikan sebuah sharing sederhana dari seorang romo. Ia mengatakan bahwa Tuhan itu suka lupa tetapi manusia lebih suka lupa. Dalam doanya ia berkata kepada Tuhan: “Tuhan betapa mudahnya saya melupakan Engkau, ketika aku sibuk atau menyibukan diriku sendiri. Betapa mudah melupakan Engkau ketika semua pengalaman hidupku baik-baik saja, bahkan tanpa sadar, saya mulai memisahkan diri saya dari Engkau sebagai pokok anggur sejati.
Waktu doaku adalah sebuah thermometer yang baik: ketika saya memisahkan diri saya dari pokok anggur, saya merasa semakin singkat hidupku, hidup yang semakin memudar, tidak berguna. Saya mengikuti jalanku bukan jalan-Mu.
Saya lupa dan lalai untuk berdoa. Saya jatuh dalam aktivisme belaka dan membenarkan diri bahwa semuanya untuk melayani-Mu.
Tetapi saat ini aku menyadari bahwa hal itu tidak berarti menyingkirkan kegiatan dalam hidupku melainkan tentang melakukan segalanya untukMu dan bergabung denganMu (Rm John Laba, SDB di Fresh Juice 6 Mei 2015).
Doa:
Yesus Kristus, engkaulah batang anggur yang sejati dan kami adalah cabang-cabangnya. Tolonglah kami agar terus berada di dalam-Mu supaya dapat menghasilkan buah-buah rohani yang bermanfaat bagi hidup kami serta orang lain yang kami temui dan layani… Amin.
Hai sahabat tersayang. Selamat merayakan hari Rabu pekan ke-5 dalam masa Paskah. Semoga doa dan berkatku senantiasa menyertaimu beserta keluargamu di manapun kalian berada: Bapa serta Anak dan Roh Kudus… Amin.
Pastor John Lewar SVD