Pria yang Menguasai Empati dan Kasih Sayang Cenderung Tunjukkan 7 Kebiasaan Ini, Kata Para Psikolog


karebata.com

Di sebuah dunia di mana laki-laki sering diminta untuk bertindak kuat, logis, serta kurang mengekspresikan perasaannya, hadirnya seorang pria yang bisa mengungkapkan rasa simpatinya secara tulus dan hangat merupakan hal yang amat bernilai.

Bukan dikarenakan ketidakmampuan mereka, melainkan karena sudah mengalahkan egonya sendiri agar bisa menyadari serta memberikan respons terhadap perasaan orang lain dengan kerendahan hati yang sejati.

Menurut laporan dari Geediting di hari Minggu (8/6), menurut ilmu psikologi, empati dan rasa cinta sebenarnya tidak hanya merupakan bakat alami, tetapi juga adalah kemampuan emosi yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dengan latihan.

Orang yang mahir dalam kemampuan tersebut kerap memperlihatkan tingkah laku unik. Berikut tujuh ciri-cirinya:


1. Mendengarkan dengan Niati Untuk Mengerti, Bukan Sekadar Membalas

Psikologi mengenal ini sebagai active listening.
Seseorang yang memiliki rasa kemanusiaan tak sekadar mendengarkan perkataan, melainkan juga mengamati intonasi bicara, ekspresi muka, serta gerak-gerik badan.
Mereka tidak buru-buru menawarkan solusi, sebab mereka sadar bahwa biasanya orang lebih menghargai untuk dipahami daripada diperbaiki.

Ketika seseorang sedang berbicara, mereka benar-benar ada di situ—tanpa memotong ucapan, tanpa menuduh.


2. Peka Terhadap Emosi Orang Lain, Termasuk Yang Belum Dicairkan Jadi Kata

Empati membolehkan seseorang mengartikan perasaan orang lain tanpa perlu disampaikan dengan kata-kata.
Orang yang mahir dalam keterampilan ini mampu mendeteksi petunjuk subtelya dari individu di sekelilingnya—baik itu perubahan ringan pada ekspresi wajah, peningkatan nada suara, atau gerakan tubuh yang tidak nyaman.

Mereka datang tidak untuk mencari masalah, tetapi untuk menyediakan tempat dan perasaan tenang yang memungkinkan orang lain berani membuka diri.


3. Tidak Mengalami Gangguan karena Kondisi Emosional Orang Lain

Banyak laki-laki merasa gugup ketika menghadapi air mata, kesedihan, atau amarah dari orang lain.
Tetapi, laki-laki yang penuh kasih tidak menjauhi perasaan itu.

Berdasarkan ilmu psikologi, hal itu merupakan indikasi kematangan emosi—they mampu menjaga jarak emosional dari orang lain tanpa perlu terbawa arus atau merasa wajib mengatasi semua masalah yang ada.


4. Menolong Dengan Pendekatan Yang Diadaptasi, Bukan Berdasarkan Kesombongan

Empati membuat seseorang enggan memberikan pertolongan yang sebenarnya tak diperlukan.
Seorang lelaki yang penuh dengan cinta akan menanyakan: “Bagaimana saya dapat mendukung Anda?” daripada segera melakukan tindakan yang mungkin tak tepat.

Mereka mengerti bahwa memberi bantuan tidak terletak pada perasaan menjadi penting, melainkan sungguh-sungguh bermanfaat untuk orang yang dijamu.


5. Menyadari dan Mengapresiasi Batasannya Emosi Orang Lain

Seseorang dengan rasa cinta sejati tidak akan memaksakan seseorang membuka diri ketika mereka belum merasa siap.
Mereka menyetujui pentingnya ruang pribadi dan batas-batas individu, juga menyadari bahwa masing-masing memiliki jeda dan metode tersendiri untuk merespons emosi.

Hal ini sesuai dengan prinsip dalam psikologi tentang hubungan yang sehat, yaitu menghargai batasan pribadi sebagai wujud empati terbesar.


6. Mengungkapkan Ketidaksempurnaan Sebagai Kekuatan, Bukan Kelemahan

Banyak laki-laki diberi tahu untuk menutupi emosinya.
Akan tetapi, laki-laki yang penuh belas kasihan dan cinta tak sungkan untuk memperlihatkan kelemahlembutannya.
Mereka dapat menyampaikan “Saya merasa sedih,” atau “Saya juga pernah menjalaninya,” sebagai ungkapan kejujuran emosional yang mendalam dan menumbuhkan rasa dekat.

Psikolog menggambarkannya sebagai maskulinitas rentan—suatu bentuk kejantanan yang tidak takut untuk menunjukkan sisi kemanusiaannya secara penuh.


7. Berbagi Tanpa Menantikan Balasan Emosi

Cinta sejati itu tanpa syarat.
Seseorang yang memang ahli dalam keterampilan ini tidak akan mencari pujian, popularitas, atau penghargaan dengan cara mendapatkan perhatian dan dukungan orang lain.
Mereka melakukan itu karena kesadaran yang sejati.

Psikologi menganggap tindakan ini sebagai contoh altruisme, yaitu kebaikan yang timbul dari belas kasihan tanpa ada motif tersembunyi.


Penutup: Kekuatan di Balik Ketulusan Seorang Pria

Di zaman kontemporer saat ini, konsep kemaskulan bukan lagi dilihat dari betapa kerasnya, ketangguhannya, atau sejauh mana sikap tegas seseorang, tetapi lebih pada tingkat kesadaran mereka tentang diri sendiri serta bagaimana mereka memahami emosi orang lain.

Orang yang mahir dalam mempraktikkan empati dan cinta kasih merupakan individu yang membawa ketenangan, tidak hanya di tingkat pribadi, tetapi juga pada skala masyarakat yang lebih besar.

Bukan berarti hilang jati diri ketika seorang pria menjadi penuh kasih.

Sebaliknya, itu merupakan ekspresi terbesar dari kekuatan: kekuatan untuk mengerti, merangkul, dan mencintai tanpa batasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *