karebata.com, MAUMERE –
Mari simak peringatan santo dan santa hari ini pelindung Rabu 21 Mei 2025.
– Beato Krispinus dari Viterbo, Biarawan
Krispinus-nama biara dari Petrus Fioretti-lahir di Viterbo, Italia pada tanggal 13 November 1668. Semenjak kecil, ibunya yang saleh itu telah mendidiknya dalam iman Katolik yang benar.
Ia dengan setia dan tekun meneladani ibunya yang menaruh devosi khusus kepada Bunda Maria. Devosi ini terus dilakukannya hingga akhir hayatnya dan benar-benar mewarnai seluruh hidupnya.
Ia melalui pendidikan resmi di sebuah sekolah dasar yang ditangani oleh pastor Pastor Katolik Jesuit di kota Viterbo. Saat memasuki masa remaja, dia mulai bekerja bagi pamanya, seorang pedagang alas kaki. Paman tersebut mengajarkan padanya bagaimana membuat serta menjual produk-produk alas kakinya. Dia tetaplah selalu mendeklarasi doa-doa kepada Bunda Maria meski sedang disibukkan dengan tugas-tugas harian lainnya. Selain itu, dalam rutinitas sehari-hari di komunitas lokal, orang-orang sering kali mencatat bahwa dia adalah individu yang memiliki kepribadian unik. Karakteristik positif dan luhur dari sikap hidupnya berhasil mengejutkan para biksu Fransiskan dari Ordo Kapusin asli daerah kelahirannya. Mereka pun berusaha meyakinkannya supaya bergabung menjadi salah satu anggotanya. Berkat minatnya akan gaya hidup kaum frater kapustin tersebut, ia langsung saja menerima undangan mereka dan kemudian masuk ke monastir Kapusin saat umurnya telah genap dua puluh lima tahun. Untuk identitas barunya, dirinyalah sendiri yang memilih nama Krispinus.
Di kompleks novisiat Paronzana, kepala novisiat merasa sangat puas tentang dirinya karena sikap dan tingkah lakunya yang luar biasa dalam menjalani kehidupan sebagai frater Capuchin. Namun demikian, provinsi dari orde tersebut sama sekali tidak setuju atas pengambilannya menjadi bagian dari biara ini. Oleh sebab itu, Krispinus ditugaskan melakukan berbagai pekerjaan keras. Selain itu, dia harus menyebut diri sendiri sebagai ‘Kepompong Capuchin’ serta melihat dirinya sebagai individu yang kurang pantas untuk dilihat bahkan dibandingkan dengan kerbau bergegas. Saat bertugas di biara Viterbo, posisinya adalah petugas kebun sedangkan di Tolfa, tanggung jawabnya adalah juru masak. Meskipun penanganan seperti itu nampak agak mencolok, namun semua hal itu dapat dilewati dengan sabarnya dan disampaikan kepada Ibu Maryam lewat doanya. Kemudian pada saat lain, nasibnya benar-benar berubah 180 derajat ketika tanpa diduga-duga, dia mampu menyembuhkan jumlah besar penduduk lokal yang jatuh sakit akibat wabah penyakit menular di wilayah mereka.
Keajaiban penyembuhan yang dimilikinya tak hanya berlaku di Viterbo, tapi juga di Roma, Albano, serta Bracciano saat dia bertahan selama beberapa tahun di sana. Di Orvieto, setelah ditempatkannya dalam misi tersebut, ia harus menjalankan peran mendapatkan sumbangan bagi kebutuhan biara. Ia melaksanakan tugas ini dengan hasil luar biasa. Gaya hidupnya di Orvieto begitu dicintai masyarakat sehingga mereka merasa sulit jika dirubah-rubah posisinya. Hal itu jelas ketika Krispinus hampir dipindahkan dari kedudukannya; para wanita rumah tangga di Orvieto langsung memprotes keras dan menentang siapapun penggantinya. Karena organisasi agamanya bergantung pada belas kasihan warganya, akhirnya pimpinan order pun terpaksa meletakkannya lagi sebagai pendeta di Orvieto.
Waktu-waktu akhir hayatnya dia habiskan di Kota Roma. Di sana, beliau menjadi populer dikarenakan prediksi-prediksinya, mujizat menggandakan roti yang pernah dilakukan serta hikmah hidupnya. Dia wafat dengan damai pada tanggal 19 Mei 1750 saat berumur 82 tahun. Tahun 1806, statusnya ditetapkan secara formal sebagai ‘Beato’. Kekaisaran rohaninya disimpan selamanya di bawah altar Gereja Santa Maria Tak Bernoda di Roma. Sampai hari ini, penduduk Roma masih menunjukkan rasa hormat dan pemujiannya kepada Beato Krispinus dari Viterbo.
– Santo Eugene de Mazenod OMI, Uskup
Uskup dari Marseille, Prancis, dilahirkan pada tahun 1782. Dia menghidupkan kembali jemaahnya yang sedang kebingungan, dengan semangat beragamanya yang surut serta kurang perawatan. Dia merintis beberapa institusi sosial dan juga menambah 20 paroki baru. Eugenius bergabung sebagai anggota Majelis Nasional dan aktif melindungi gerejanya. Dengan status sebagai pencetus utama Kongregasi Oblat, Eugenius mulai melakukan pekerjaan misionernya di Kanada, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Pekerjaan misinya tersebut tumbuh secara signifikan seiring waktu. Uskup itu wafat pada tahun 1861.
– Santo Godrikus, Saksi Imannya
Grodikus yang bermakna ‘dipenuhi oleh Tuhan’ dilahirkan pada tahun 1065. Awalnya dia bekerja sebagai pengecat pelacak dan pengrajin pisau. Tetapi, dia terkenal karena menjadi seorang ziarah yang melintasi banyak daerah. Dia menapaki perjalanan ke Skotlandia, Spanyol, Roma hingga Yerusalem suci. Berjalan tanpa alas kaki, ia mengitari Benua Eropa sambil mendampingi sang ibu yang telah tua renta. Setelah itu, Godrikus memilih hidup pertapaannya di Walpole guna membayar kesalahannya. Allah memberikan padanya anugerah bisa meramalkan masa depan, menenangkan makhluk liar termasuk ular berbisa. Godrikus meninggalkan alam fana pada tahun 1170.
– Beato Herman Yosef, Pembela Imannya
Herman Yosej dilahirkan di Cologn pada tahun 1150. Karakter suci serta kehidupan religiusnya merupakan warisan langsung dari kedua orang tuanya. Sejak masih kanak-kanak, dia sudah memiliki rasa cintakan yang sangat besar kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus. Antara teman-temannya sendiri, Herman digambarkan sebagai sosok riang gembira, tekun belajar, dan juga hangat hati.
Selain aktif bersosialisasi dengan para sahabat setianya, Herman senantiasa meluangkan waktu buat merenungi tentang Bunda Maria dan Yesus saat sedang ada di dalam rumah ibadah atau gereja tersebut. Pernah sewaktu hendak menuju tempat pendidikannya, dia sempat singgah sementara di gereja guna beribadah kepada Bunda Maria dan Yesus. Untuk mereka berdua, dia memberikan sebuah apel yang dibagikan sang ayah baginya menjadi santapan siang nanti di sekolah ini. Dia ingin meletakkan apel itu tepat ditangan Yesus namun sayang tubuhnya belum cukup tinggi agar dapat mencapainya. Saat berniat mendaki patung tersebut, tapi dia ragu hal itu kurang pantas untuk dilakukan. Lantas anehnya, tiba-tiba saja Bunda Maryalah yang pertama kali tersenyum kemudian menundukkan kepala untuk menerimanya. Melihat momen indah seperti itu membuat wajah Herman pun ikutan terbahuka lebar-lebar. Setelah saling berkata permisi satu sama lain, akhirnya dia meninggalkan gedung gereja demi menghindari risiko datang telat disekolah.
Dia menganggap Bunda Maria dan Yesus seperti sahabat dekat. Tiap kali dia singgah di gereja untuk curhat tentang perasaannya serta bercerita tentang pengalamannya. Suatu hari, saat cuaca sangat dingin, dia berkunjung tanpa alas kaki. Lihatlah, tepat pada batu tersebut, Bunda Maria menunjukkan satu ubin yang longgar. Dia lantas mencoba balikkan ubin itu dan menemukan beberapa rupiah guna membelikan sepasang sepatu. Dari situ, tiap kali dia butuh suatu hal, selalu ada saja barang tersebut di lokasi tersebut. Saat usia belasan dua puluhan, secara tak diduga, Bunda Maria menyampaikan bahwa dia harus bergabung ke biara. “Apakah aku belum cukup dewasa?” pikirnya. Namun, akhirnya dia pun dipersilahkan jadi postulan dan kemudian novis dalam Ordo Santo Norbertus di Steinfeld atas dasar pertimbangan dari Bunda Maria, nama aslinya ditambah menjadi ‘Herman Yosef’. Sebagai anggota biara, Herman Yosej rutin melakukan pelatihan spiritual setiap pagi, bersamaan dengan menjaga aktivitas harian di biara. Ia semakin cerminkan kasih sayangnya pada Bunda Maria dan Yesus serta respeknya terhadap sakramen Mahakudus. Setiap pagi, dia ikut misa dan seringkali hampir meneteskan air mata.
Bila ia menghadapi gangguan jiwa, Bunda Maria akan mendatangi dan memberi penghiburan. Baginya, Bunda Maria senantiasa menyampaikan pesan: “Tiada apa-apa yang lebih disenangi-Nya dibandingkan melayani saudara-saudara atas nama kasih bagiNya.” Kemudian, Herman pun dipilih menjadi Sakrestarian atau Kostor. Dia amat suka pekerjaan tersebut karena memungkinkannya secara bebas menjaga sakramen Mahakudus. Sesudah dilantik jadi imam, dia kerap kali masuk dalam kondisi ekstasi saat melakukan kurban misa. Berkat kesuciannya serta sikap rendah hati, Herman digemari banyak orang termasuk teman sesuai paduan suaranya. Di samping itu, dia juga dikenal sebagai penyair handal. Lagunya pertama diciptakan untuk melestarikan perayaan Sakramen Mahakudus. Tidak hanya itu, Herman menciptakan banyak lagu lainnya, utamanya untuk membuktikan rasa hormatnya kepada Bunda Maria.
Selain karangan-karyanya yang mensyaratkan halus budiyah, Herman ternyata juga memiliki bakat sebagai tukang mesin. Dengan kapabilitasnya, dia berhasil membenarkan jam tangan. Sebab alasan ini, dia acapkali dimintai bantuan untuk membetulkan jam monasterium maupun jam besarmilik gedung gereja. Lebih dari sekedar memperbaiki jam, dia bahkan sanggup membuat sendiri jam. Beberapa peneliti sejarawan percaya bahwa Herman adalah pelopor pembuat jam modern. Ia tutup usia pada tahun 1241 pada umur 90 tahun saat tengah merayakan ritual penderitaan Tuhan di sebuah biara siswi. (Sumber: imankatolik.com/kgg)
Berita karebata.comLainnya di
Google News