karebata.com
– Pernahkah Anda mempertanyakan kenapa sebagian orang terus-menerus bersikap sangat kritikal terhadap dirinya sendiri bahkan sampai usia dewasa? Sikap yang amat menyalahkan diri ini biasanya tak cuma masalah karakter pribadi, tetapi juga berasal dari pengalaman di masa kanak-kanak mereka.
Ternyata, kondisi pertumbuhan dan perkembangan serta kalimat-kalimat yang terdengar berulang kali bisa menetapkan bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Menurut Geediting.com pada hari Rabu (21/05), ada tujuh ungkapan tertentu yang kerapkali digunakan saat masih kecil, hal ini menjadi dasar untuk pembentukan sikap otoritatif terhadap diri sendiri.
1. “Jangan Lagi Sedih, Itu Tidak Penting”
Pesan dalam kalimat tersebut mendidik anak-anak untuk membatasi ekspresi emosional atau perasaaan mereka, khususnya ketika dihadapkan dengan tantangan. Dengan begitu, mereka diajari untuk menyembunyikan rasa sedih dan akhirnya percaya bahwa apa yang dialaminya sesungguhnya tak memiliki nilai atau kepentingan.
2. “Kenapa Anda Tak Bisa Menjadi Lebih Seperti Orang Lain?”
Perbandingan negatif semacam ini seringkali membuat anak merasa tidak pernah cukup baik atau selalu kurang. Mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa ada standar yang lebih tinggi yang tidak pernah bisa mereka capai sendiri.
3. “Kamu Terlalu Sensitif”
Frasa ini meremehkan perasaan anak, membuat mereka merasa bahwa emosi adalah kelemahan pribadi. Akibatnya, mereka mungkin belajar untuk menyembunyikan perasaan atau menganggap reaksi mereka sebagai hal yang salah.
4. “Sebaiknya Kamu bersyukur atas apa yang sudah kau miliki”
Walaupun dimaksud dengan niat baik, pernyataan tersebut bisa menyebabkan rasa bersalah pada anak jika mereka memiliki keperluan atau harapan. Akibatnya, mereka akan merasa sulit untuk menceritakan ketidakefektifan diri atau berusaha mendapatkan apa yang terbaik bagi mereka sendiri.
5. “Jangan Membantah”
Hal ini membiasakan anak agar enggan menyampaikan opini atau sudut pandang mereka. Seiring waktu, hal tersebut dapat membuat mereka cenderung menahan diri dari ekspresi pikiran internalnya, hindari perselisihan, serta pasrah menerimanya sebagaimana adanya tanpa melakukan penilaian lebih lanjut.
6. “Kamu Bertingkah Konyol”
Pernyataan tersebut dapat menyebabkan anak menjadi malu atau dianggap hina karena suatu tindakan yang sebetulnya wajar. Akibatnya, mereka cenderung enggan ambil resiko atau berbagi pemikiran dengan leluasa akibat rasa takut ditertawakan orang lain.
7. “Aku Kecewa Padamu”
Kalimat tersebut menyimpan muatan emosi yang cukup berat untuk seorang anak, di mana harga dirinya terikat erat pada penerimaan oleh orang lain. Akibatnya, mereka berkembang dengan rasa takut yang sangat dalam tentang kemungkinan mengecewakan orang lain atau bahkan diri sendiri apabila tidak mencapai kesempurnaan.
Memahami ekspresi seperti itu bisa membantu kita mengetahui alasan di balik kritikan pedas yang diterima seseorang selama bertahun-tahun. Ini merupakan tahap awal dalam upaya menghentikan pola penilaian diri yang negatif dan merugikan.